Sabtu, 13 November 2010

Ketika Pintu Perpisahan Telah Tiba Di Depan Mata

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah bekerja sama ketika ulangan.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah menempel double-tip di kursi Nindi.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah tahu bahwa nomor sepatu Kiki ternyata 24.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah berperang menggunakan penghapus antara ikhwan dan akhwat.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah bermain air di kamar mandi.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah menulis ramalan cuaca di papan tulis.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah ikut PLK Tour De Batavia yang menyenangkan.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah mengganggu orang.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah tari saman di DPR.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah menemukan bangkai tikus di dalam lemari.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah rapat di saung bersama.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah melempar sandal ke atap saung.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah kabur dari ekskul.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah kabur dari T2Q.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah menyelidiki kasus kaca bersama-sama.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah berbagi makanan dengan 6B.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah musuhan karena komputer.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah bersenang-senang bersama.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah memberi kejutan kepada guru kita tercinta.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah membuat guru kita terharu.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah melalui hari bersama.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah membuat pusing guru.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah membuat kekacauan di kelas.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah belajar di kelas 5 bersama gunung Salak.

Masih ingatkah kamu?
Kita pernah bermain bersama.

Masih ingatkah kamu?
Bahwa sekarang, ambang pintu perpisahan telah tiba di depan mata.

Semua kenangan manis itu jangan sampai lewat begitu saja. Coba kamu ingat-ingat semuanya. Karena pengalaman itu, tak bisa dibeli dengan harga sebesar apa pun. Karena pengalaman itu, tak akan pernah terjadi lagi untuk yang kedua kalinya dalam hidupmu. Karena pengalaman, adalah guru yang paling baik.

Waktu terasa begitu cepat bergulir. Menyisakan kenangan manis yang tak akan pernah terlupakan. Beberapa bulan lagi, kita akan berpisah. Memang tak selamanya kita bisa bersama. Tak ada pertemuan tanpa perpisahan. Tak ada perpisahan tanpa pertemuan.

Hati terasa begitu berat untuk berpisah dengan kalian. Aku ingin terus selamanya bersama kalian. Bila waktu mengizinkanku, aku ingin kembali lagi ke masa lalu, ketika kita baru saling mengenal satu sama lain.

Mau tak mau, kita harus menerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa sebentar lagi kita akan berpisah. Entahlah, tak ada kata-kata yang mampu untuk menggambarkan suasana hatiku sekarang.

Aku berharap, keceriaan 6C selama ini tak akan hilang, untuk selamanya. Aku berharap, persahabatan 6C yang telah terjalin sedemikian erat tak akan terputus, untuk selamanya.

Apa yang akan kamu lakukan seandainya perpisahan telah tiba? Kamu hanya bisa menangis. Menyesal karena tidak mengisi detik-detik terakhir kita dengan sesuatu yang indah. Dengan sesuatu yang tidak akan pernah tergantikan oleh apa pun. Maka dari itu, inilah saat-saat terakhir kita untuk bersama-sama. Inilah momen-momen yang akan kita kenang sepanjang masa. Tolonglah kawan, mari kita pergunakan waktu yang tersisa ini dengan sebaik-baiknya.

Kemudian, ketika kamu sudah SMP nanti, kamu akan bertemu dengan kawan-kawan baru. Kamu akan menemukan kesenangan tersendiri dengan kawan-kawan barumu itu. Lalu kamu akan melupakan keceriaan 6C, lalu kamu akan melupakan aku, melupakan semua teman-temanmu di masa SD. Jangan sampai hal iti terjadi.

Aku pernah berpikir, mengapa kita harus bertemu bila akhirnya harus berpisah? Mengapa kita harus berjumpa bila akhirnya harus dijauhkan?

Satu kata sederhana tapi menyimpan banyak arti. Buatku, tiada perpisahan tanpa air mata.

"PERPISAHAN," rasanya hatiku begitu pedih mendengarnya

Diambil dari : Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar